ASAL USUL DANAU KONGAR
Pada Tahun 1860 VOC Belanda mencari lokasi minyak bumi dan melakukan pengeboran selama berada di lokasi Desa Sungai Dua Kecamatan Sungai Keruh, pada saat itu desa tersebut dilanda banjir, oleh seorang penguasa Belanda yang bernama Tn. VAN BROUNDKOP KONGER berinisiatif untuk membuat kolam penampungan air (Kolam Retensi) agar perkampungan terhindar dari banjir.
Letak kolam penampungan air ini di Kecamatan Sungai Keruh/ sungai dua dan berbatasan langsung dengan kabupaten Muara Enim dengan luas areal 50 ha. Saat ini jarak dari kota Sekayu ke kolam penampungan air tersebut lebih kurang 50 Km dan sudah dilalui oleh jalan Kabupaten 20 Km, namun dari jalan menuju lokasi masih tanah dan merupakan jalan perkebunan kelapa sawit dengan panjang 20 Km, berada di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahaan swasta dan berdekatan dengan tempat pengeboran minyak. Saal ini masih jarang dikunjungi wisatawan, hanya penduduk sekitar perkebunan yang sering menikmati kolam penampungan air in dan menjadi tempat memancing ikan. Kolam Penampungan air ini sangat indah dan masih alami serta kondisi airnya yang tidak pernah surut, kedalaman danau ini sekilar 12 Meter.
Pada Tahun 1860 Tn. V. B. KONGER memerintahkan kepada masyarakat untuk membuat kolam ini dengan cara kerja paksa dan tanah urugan ditimbun ke pingdiran desa untuk membendung air supaya tidak masuk ke perkampungan penduduk.
Setelah berhari-hari masvarakat bekerja tanpa henti akhirnya selesai juga pembuatan kolam yang diperintahkan oleh Tn. KONGER, dan terciptalah sebuah danau nan cantik berair bening dan sejuk yang juga dikelilingi oleh pamandangan yang indah di kaki bukit Desa Sungai Dua.
Suatu ketika, tersiar kabar di masyarakat bahwa ada seorang warga yang melihat buaya berada di aliran sungai yang bernama "Sungai Dua" dan ternyata buaya tesebut adalah peliharaan "Puyang Burung Jauh" (Puyang tertua di Kecamatan Sungai Keruh) yang diperintahkannya untuk mengawasi anak cucunya dan biasanya ketika air sungai pasang buaya tersebut akan menampakkan diri di aliran Sungai Dua.
Hal tersebut akhirnya terdengar oleh Tn. KONGER, selanjutnya dia langsung teringat dan terbayang pada sosok seorang gadis yang sangat cantik bernama "Sekar Sari" bergelar "Putri Rahayu Komala" anak gadis dari sesepuh desa yang bernama Raden Akip dan isterinya Maimunnah.
Karena setiap harinya "Sekar Sari" biasa mandi, mencuci pakaian dan mengambil air di aliran Sungai Dua, maka Tn. KONGER meniadi sangat Khawatir akan terjadi sesuatu terhadap gadis impiannya itu, dan juga bagi Tn. KONGER hal itu sangat membahayakan keselamatan warga setempat yang setiap harinya melakukan aktivitas di sungai tersebut, walaupun bagi warga hal itu sudah biasa mereka alami.
Maka dengan sigapnya Tn. KONGER langsung mengutus anak buahnya untuk memberitahukan kepada "Sekar Sari” untuk tidak lagi melakukan aktivitas seperti biasanya di aliran Sungai Dua, dan "Sekar Sari" tidak langsung percaya begitu saja dengan pesan yang disampaikan oleh utusan Tn. KONGER itu, mengingat Tn. KONGER adalah sosok penguasa Belanda yang sangat disegani dan dihormati pada saat itu, tidak mungkin beliau begitu perhatian terhada wanita biasa seperti dirinya, pikir "Sekar Sari" saat itu. Mendengar khabar dari anak buahnya bahwa "Sekar Sari* tidak percaya dengan pesan itu, maka saking khawatimya Tn. KONGER langsung menemui "Sekar Sari", dan ia pun berkata:
"hai ... Sekar Sari ...
Gadis cantik bak bulan purnama yang bergelar "Putri Rahayu Komala"
Engkau terlahir ke bumi ini dianugerahi, sosok yang rupawan ..
'Kulit putih, hidung yang macung ...
Rambut panjang, tinggi semampai
Jika kau tersenyum, hangat mentari kan meredup ....
Dan dengan kecantikanmu, membuat debar jantungku
Hai Putri Rahayu Komala
Kecantikan itu adalah anugerah
Maka jangan engkau sia – siakan
Janganlah lagi engkau mandi di aliran Sungai Dua
Disana bahaya menunggu
Mandilah di Danau yang ku buat
Danau indah berair bening dan sejuk ...
Selanjutnya mendengar untaian kalimat yang diucapkan oleh Tn. KONGER, hati "Sekar Sari” menjadi tersentuh dan tersanjung dan dengan senang hati ia menerima ajakan Th. KONGER untuk mandi, mencuci pakalan dan mengambil air di Danau itu yang semula biasa ia dan teman-temannya lakukan di aliran Sungai Dua akan tetapi karena "Sekar Sari' masih merasa takut untuk mandi sendirian, make ia mengajak gadis-gadis desa setempat untuk mandi, mencuci pakaian dan mengambil air di Danau buatan Tn. KONGER tersebut. Tn. KONGER pun setuju dan setiap harinya hal ini tidak luput dari pandangan Tn. KONGER yang makin hari makin terpesona akan kecantikan alami "Sekar Sari". Saking terpesonanya Tn. KONGER terhadap "Sekar Sari' atau "Putri Rahayu Komala", dia berusaha secara maksimal untuk berbaik hati dan berbaur dengan warga masyarakat Desa Sungai Dua, itu dibuktikannya ketika ia bersedia membantu salah satu warga masyarakat yang sedang mengalarni kesulitan. Setelah kejadian itu Tn. KONGER yang selama in dikenal kejam oleh warga masyarakat sekarang berubah menjadi pribadi yang arif dan bijaksana.
Suatu ketika, dikala senja sore hari Sekar Sari pergi ke Danau sendiran hendak .mandi dan mencuci pakaian mendahului teran-leman yang biasa bersamanya. Melihat kesempatan itu tiba-tiba Tn. KONGER langsung berjalan menyusuri pinggiran Danau dan berusaha mendekati " Sekar Sari'. Ketika sudah sampai ke pinggiran Danau dimana tempat "Sekar Sari" mencuci pakaian, terdapat saiuran pengeboran minak bumi berupa pipa besi panjang vang melintasi permukaan Danau yang biasa digunakan menadi jembatan menuju tepian mandi, T. KONGER pun melintasi jembatan pipa besi tersebut sembari menghampiri lebih dekat kearah "Sekar Sari*. (Teriadilah percakapan antara "Sekar Sari” dan Tn. KONGER yang intinya "Sekar Sari” masih meragukan kesungguhan hati Tn. KONGER yang sudah jelas berbeda adat dan budaya serta keyakinan dengan dinnya). Becerapa menit kemudian disela-sela pembicaraan mereka tampak terlihat KONGER berusaha menagapai tangan Sekar Sari dan terjadilah peristiwa yang mengejutkan ……? Plaack. Byuuur
Tn. KONGER terpeleset jatuh kedalam Danau yang dalam, dan apesnya ia tidak bisa berenang sama sekali, Melhat kejadian itu Sekar Sari langsung menjerit dan berusaha menolong dengan mencoba meraih tangan. Tn. KONGER tetapi hal itu tidak berhasil ia lakukan. Ketika detik-detik terakhir Tn. KONGER akan tenggelam Ke dasar danau belian
berkata:
" Apapun yang terjadi terhadar diriku aku akan tetap mengagumimu. Selanjutnya perlahan-lahan Tn. KONGER tenggelam Ke dasar danau dengan senyum terindah penuh dengan kedamaian, sementara itu "Sekar Sari" menunduk sambil menangis tak kuasa melihat apa yang terjadi terhadap Tn. KONGER, dan tiada terasa bulir-bulir Kristal bening mengalir membasahi pipinya yang merona.
Tersiarlah Khabar di masyarakat desa Sungai Dua tentang tengelamnya Tn KONGER yang mereka kenal, dan mereka pun merasa Kehilangan. Warga pun langsung memberitahukan kepada anak buah Tn. KONGER tentang berita iersebut, dengan sigapnya anak buah Tn. KONGER menuju ke Danau tempat Tn. KONGER tenggelam, dan nampak beberapa orang anak buahnya berusaha menyelam untuk mencari jasad Tn. KONGER.
Setelah beberapa jam kemudian, pencarian pun tidak membuahkan hasil, jasad Tn
KONGER belum diketemukan. juga. Melihat keiadian tersebut akhimya "Sekar Sari berinisiatif untuk meminta tolong kakeknya yang bernama "Malik Ibrahim® yang sekarang dikenal dengan "Keramat Puyang Pemangsang*, beliau yang dikenal sakti oleh warga
setempat.
Maka, atas kesaktian "Malik Ibrahim* jasad Tn. KONGER dapat diketemukan dan berhasil diangkat oleh beliau ke permukaan danau dan akhirnya diangkat oleh anak buah Th. KONGER dan di bawa ke barak mereka, akan tetapi sampai sekarang tidak diketahui dimana tempat Tn. KONGER dikebumikan.
Sedangkan “Sekar Sari” terus menjalani kehidupan, menikah dan berumah tangga dan meninggal di Desa Sungai Dua, dikebumikan tidak jauh dari kolam penampungan air yang pada akhirnya kolam tersebut diberi nama Danau KONGER oleh masyarakat sekitar, dan makam Sekar Sari (Puri Rahayu Kornala) disebut oleh masyarakat sekitar Makam Keramat Putri Mandi.
Sejak kejadian itu dan sampai sekarang pun Danau tersebut terkenal dengan nama
"DANAU KONGER".